Bodoh dan Pintar
Ada empat jenis
manusia Indonesia. Orang bodoh yang
menyadari kebodohannya, orang bodoh yang tidak menyadari kebodohannya, orang
pintar yang menyadari kepintarannya, dan orang pintar yang tak menyadari
kepintarannya.
Empat jenis manusia
itu turut menentukan masa depan Indonesia.
Orang bodoh yang tidak menyadari kebodohannya dengan sendirinya mengakui
bahwa dirinya pintar. Orang bodoh yang
mengaku pintar ini sering kali keras kepala dengan kebodohannya. Bahkan orang-orang pintar dinilainya bodoh
karena kepintarannya tidak mungkin memberi kepintaran orang lain.
Manusia jenis ini
amat berbahaya kalau menjadi pemimpin.
Sudah bodoh mengaku pintar sehingga kebodohan adalah kepintaran dan
kepintaran adalah kebodohan. Gabungan
antara kekuasaan dan kekuasaan tentu fatal bagi sebuah bangsa yang sedang
berkembang. Hasil pemikirannya yang
bodoh tentu akan menuntun keluarga, lembaga atau bangsa yang dipimpinnya menuju
pada kekacauan.
Orang bodoh yang
mengaku pintar kalau terjadi pada kalangan biasa umumnya hanya membuat orang
jengkel, kesal. Sebagian ada yang
kasihan. Penulis bodoh mengaku
tulisannya bagus dan paling benar. Tetapi jika dikritik oleh kritikus pintar pun dia
tetap menilai si kritikus itu yang bodoh.
Orang semacam ini sulit untuk diperbaiki. Biarlah ia hidup dengan kebodohannya. Hanya orang yang mengakui dirinya bodoh dan
orang seperti dia yang dapat jadi korbannya.
Yang kedua adalah
orang bodoh yang menyadari kebodohannya.
Mereka ini sasaran empuk dan bantal guling orang bodoh yang merasa
pintar dan orang pintar yang menyadari kepintarannya. Sebagian rakyat kita, terutama pedesaan yang
kurang wawasan masuk dalam jenis ini.
Itulah sebabnya banyak yang jadi korban agen-agen TKI dan TKW.
Orang semaca ini
tak cocok jadi pemimpin. Dan memang jarang ada pemimpin yang menyadari
kebodohannya. Karena jelas-jelas bodoh
bila ditunjuk untuk jadi pemimpin ia tak akan mau. Dalam keluarga, ayah seperti ini hanya mau
kerja keras saja, urusan keluarga diserahkan pada istri atau anak-anaknya yang
sudah mampu dan dewasa. Mereka tidak
berbahaya, lebih baik orang Indonesia begitu semua dan dipimpin oleh orang
pintar yang tidak menyadari kepintarannya.
Jenis ketiga adalah
orang pintar yang menyadari kepintarannya.
Mereka ini sering jatuh dalam dosa kesombongan sehingga pantas untuk
menjadi panglima laskar setan. Mereka
sama keras kepalanya dengan orang bodoh yang tak menyadari kebodohannya. Mereka suka menyalahkan atau membodohi orang
lain, baik yang bodoh maupun yang benar-benar pintar.
Kalau jadi
pemimpin, orang ini akan cenderung otoriter dan mencari orang-orang sejenisnya
untuk menyusun kekuatan buat kelompoknya.
Kalau jadi guru/dosen, biasanya disebut killer. Jadi, mereka
berbahaya bagi kehidupan bersama. Tapi
karena ia pintar, ini membuat ia susah digoyahkan.
Kebanyakan pemimpin
kita begini. Kepintaran dan kekuasaan
akan membuat negara bangkrut atau sukses.
Bangkrut bila ia Cuma peduli pada teman-temannya atau kelompoknya dan
menilai kepintaran lain adalah kebodohan.
Orang-orang berkacamata kuda dengan kepintarannya ini akan keras kepala
pada kritik yang tak sejalan dengan sistem dia.
Namun, bisa juga berhasil jika sistem dan politiknya memang sesuai
dengan kondisi dan situasi Indonesia sekarang ini.
Bagi orang-orang
biasa yang sadar akan kepintarannya, sudah umum kalau membentuk grup-grup orang
pintar. Grup-grup itu akan menjadi
semacam benteng kepintaran yang senantiasa siap untuk menyerang grup lain yang
serupa. Perang antara orang-orang pintar
di Indonesia sering terjadi di acara televisi, seminar-seminar, dan
ceramah-ceramah. Semakin banyak orang
pintar yang hadir disana, semakin serulah suasananya. Inilah tempat dimana orang dapat menemukan musuh-musuh
baru bagi kepintarannya.
Terakhir, orang
pintar yang tidak menyadari kepintarannya atau malah menilai dirinya
bodoh. Rupanya orang-orang jenis ini
Socrates yang menyatakan bahwa yang ia tahu adalah tidak tahu apa-apa. Orang dipuncak kearifan. Orang ini kadang menjengkelkan juga. Karena merasa dirinya tetap bodoh dan menolak
jika dijadikan pemimpin. Jabatan yang
ditawarkan kepadanya kalau tidak diserobot orang bodoh yang mengaku pintar juga
oleh orang-orang yang menyadari dirinya pintar.
Jenis orang pintar
semacam ini sering low profile,
diakui kepintarannya diterima, tidak diakui juga diterima. Seperti orang bodoh yang menyadari
kebodohannya, orang pintar yang tidak menyadari kepintarannya ini sering jadi
korban kehidupan. Mereka ini mudah dibantai. Oleh orang pintar yang menyadari
kepintarannya dan orang bodoh yang merasa pintar, jenis manusia ini mereka
sebut “orang bodoh”.
Kalau nasib bangsa
kita ini baik, beruntunglah mendapat pemimpin orang seperti ini. Dia terbuka pada setiap jenis bodoh dan
pintar dinegeri ini. Dia mampu
menempatkan dimana masing-masing harus berada.
Karena rendah hati, mental korupsi absen padanya, tapi sayang bangsa ini
masih menganggap “orang bodoh” ini
sebagai orang bodoh sungguhan!!!!!!!
Sudah 67 tahun kita
merdeka, sudah sepantasnya ini jadi bahan pemikiran ringan bagi pemimpin-pemimpin
kita dan bagi siapa saja yang tergerak untuk kemajuan bangsa yang tercinta ini. Agar senantiasa sadar diri
dan mari kita doakan agar kita jadi yang terbaik bagi orang-orang yang
dicintai, terutama rakyat banyak dan Allah kita. Semoga!!!
Disadur dari
: Jakob Sumardjo (Budayawan)