Jumat, 12 Oktober 2012

Manusia

Bodoh dan Pintar

Ada empat jenis manusia Indonesia.  Orang bodoh yang menyadari kebodohannya, orang bodoh yang tidak menyadari kebodohannya, orang pintar yang menyadari kepintarannya, dan orang pintar yang tak menyadari kepintarannya.
Empat jenis manusia itu turut menentukan masa depan Indonesia.  Orang bodoh yang tidak menyadari kebodohannya dengan sendirinya mengakui bahwa dirinya pintar.  Orang bodoh yang mengaku pintar ini sering kali keras kepala dengan kebodohannya.  Bahkan orang-orang pintar dinilainya bodoh karena kepintarannya tidak mungkin memberi kepintaran orang lain.
Manusia jenis ini amat berbahaya kalau menjadi pemimpin.  Sudah bodoh mengaku pintar sehingga kebodohan adalah kepintaran dan kepintaran adalah kebodohan.  Gabungan antara kekuasaan dan kekuasaan tentu fatal bagi sebuah bangsa yang sedang berkembang.  Hasil pemikirannya yang bodoh tentu akan menuntun keluarga, lembaga atau bangsa yang dipimpinnya menuju pada kekacauan.
Orang bodoh yang mengaku pintar kalau terjadi pada kalangan biasa umumnya hanya membuat orang jengkel, kesal.  Sebagian ada yang kasihan.  Penulis bodoh mengaku tulisannya bagus dan paling benar.  Tetapi  jika dikritik oleh kritikus pintar pun dia tetap menilai si kritikus itu yang bodoh.  Orang semacam ini sulit untuk diperbaiki.  Biarlah ia hidup dengan kebodohannya.  Hanya orang yang mengakui dirinya bodoh dan orang seperti dia yang dapat jadi korbannya.
Yang kedua adalah orang bodoh yang menyadari kebodohannya.  Mereka ini sasaran empuk dan bantal guling orang bodoh yang merasa pintar dan orang pintar yang menyadari kepintarannya.  Sebagian rakyat kita, terutama pedesaan yang kurang wawasan masuk dalam jenis ini.  Itulah sebabnya banyak yang jadi korban agen-agen TKI dan TKW.
Orang semaca ini tak cocok jadi pemimpin. Dan memang jarang ada pemimpin yang menyadari kebodohannya.  Karena jelas-jelas bodoh bila ditunjuk untuk jadi pemimpin ia tak akan mau.  Dalam keluarga, ayah seperti ini hanya mau kerja keras saja, urusan keluarga diserahkan pada istri atau anak-anaknya yang sudah mampu dan dewasa.  Mereka tidak berbahaya, lebih baik orang Indonesia begitu semua dan dipimpin oleh orang pintar yang tidak menyadari kepintarannya.
Jenis ketiga adalah orang pintar yang menyadari kepintarannya.  Mereka ini sering jatuh dalam dosa kesombongan sehingga pantas untuk menjadi panglima laskar setan.  Mereka sama keras kepalanya dengan orang bodoh yang tak menyadari kebodohannya.  Mereka suka menyalahkan atau membodohi orang lain, baik yang bodoh maupun yang benar-benar pintar.
Kalau jadi pemimpin, orang ini akan cenderung otoriter dan mencari orang-orang sejenisnya untuk menyusun kekuatan buat kelompoknya.  Kalau jadi guru/dosen, biasanya disebut killer.  Jadi, mereka berbahaya bagi kehidupan bersama.  Tapi karena ia pintar, ini membuat ia susah digoyahkan.
Kebanyakan pemimpin kita begini.  Kepintaran dan kekuasaan akan membuat negara bangkrut atau sukses.  Bangkrut bila ia Cuma peduli pada teman-temannya atau kelompoknya dan menilai kepintaran lain adalah kebodohan.  Orang-orang berkacamata kuda dengan kepintarannya ini akan keras kepala pada kritik yang tak sejalan dengan sistem dia.  Namun, bisa juga berhasil jika sistem dan politiknya memang sesuai dengan kondisi dan situasi Indonesia sekarang ini.
Bagi orang-orang biasa yang sadar akan kepintarannya, sudah umum kalau membentuk grup-grup orang pintar.  Grup-grup itu akan menjadi semacam benteng kepintaran yang senantiasa siap untuk menyerang grup lain yang serupa.  Perang antara orang-orang pintar di Indonesia sering terjadi di acara televisi, seminar-seminar, dan ceramah-ceramah.  Semakin banyak orang pintar yang hadir disana, semakin serulah suasananya.  Inilah tempat dimana orang dapat menemukan musuh-musuh baru bagi kepintarannya.
Terakhir, orang pintar yang tidak menyadari kepintarannya atau malah menilai dirinya bodoh.  Rupanya orang-orang jenis ini Socrates yang menyatakan bahwa yang ia tahu adalah tidak tahu apa-apa.  Orang dipuncak kearifan.  Orang ini kadang menjengkelkan juga.  Karena merasa dirinya tetap bodoh dan menolak jika dijadikan pemimpin.  Jabatan yang ditawarkan kepadanya kalau tidak diserobot orang bodoh yang mengaku pintar juga oleh orang-orang yang menyadari dirinya pintar.
Jenis orang pintar semacam ini sering low profile, diakui kepintarannya diterima, tidak diakui juga diterima.  Seperti orang bodoh yang menyadari kebodohannya, orang pintar yang tidak menyadari kepintarannya ini sering jadi korban kehidupan.  Mereka ini mudah dibantai.  Oleh orang pintar yang menyadari kepintarannya dan orang bodoh yang merasa pintar, jenis manusia ini mereka sebut “orang bodoh”.
Kalau nasib bangsa kita ini baik, beruntunglah mendapat pemimpin orang seperti ini.  Dia terbuka pada setiap jenis bodoh dan pintar dinegeri ini.  Dia mampu menempatkan dimana masing-masing harus berada.  Karena rendah hati, mental korupsi absen padanya, tapi sayang bangsa ini masih menganggap  “orang bodoh” ini sebagai orang bodoh sungguhan!!!!!!!
Sudah 67 tahun kita merdeka, sudah sepantasnya ini jadi bahan pemikiran ringan bagi pemimpin-pemimpin kita dan bagi siapa saja yang tergerak untuk kemajuan bangsa yang tercinta ini.  Agar senantiasa sadar diri dan mari kita doakan agar kita jadi yang terbaik bagi orang-orang yang dicintai, terutama rakyat banyak dan Allah kita.  Semoga!!!
Disadur dari  : Jakob Sumardjo (Budayawan)